Trending

DLH Banjarmasin Ajak Pelaku Usaha Horeka Kelola Sampah Organik melalui Budidaya Maggot

Sosialisasi pemanfaatan budidaya maggot untuk pengelolaan sampah organik di Aula Kayuh Baimbai, Kamis (21/8/2025).

Banjarmasin - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjarmasin ajak seluruh pelaku usaha Hotel, Restoran, dan Kafe (Horeka) untuk pengelolaan sampah organik mereka melalui budidaya maggot.

Pasalnya, DLH Kota Banjarmasin baru saja mendapat bantuan dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) berupa bangunan rumah maggot yang lengkap dengan peralatan budidaya maggot.

"Ajakan ini sifatnya hanya sosialisasi saja, tapi kami ingin para pelaku usaha horeka bisa bekerja sama dengan untuk pengelolaan sampah organik mereka," ungkap Kepala DLH Kota Banajrmasin, Alive Yoesfah Love usai sosialisasi pemanfaatan budidaya maggot untuk pengelolaan sampah organik di Aula Kayuh Baimbai, Kamis (21/8/2025).

Alive membeberkan rencana pembangunan rumah maggot ini berada di kawasan pergudangan 88 yang berada di Jalan Gubernur Suebarjo, Kelurahan Basirih, Kecamatan Banjarmasin dengan luas 200 meter persegi.

"Kita punya lahan di sana, jadi akan dibangun di sana rumah maggot sekaligus peralatannya," kata Alive.

Lebih lanjut Alive, menjelaskan bahwa produksi sampah organik setiap harinya di Kota Banjarmasin mencapai 52 persen.

Sehingga apabila seluruh pelaku usaha horeka bersedia mengelola sampah organiknya dengan memanfaatkan maggot. Tentu hampir setengahnya sampah organik di Kota Seribu Sungai dapat teratasi. 

"Kita berharap ini bisa berhasil dan untuk sementara kita sasar pelaku usaha horeka dulu. Selanjutnya mudah-mudaha lanjut ke kawasan perumahaan dan lainnya," akhirnya.

Sementara itu, salah seorang pelaku usaha restoran, Ryan Disusato menyambut baik ajakan kerja sama pengelolaan sampah organik dari Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin.

Menurut Ryan, ini merupakan solusi tepat yang ditawarkan. Mengingat selama ini, ia sedikit kebingungan untuk mengelola sampah organik yang dihasilkan restorannya.

"Kami sebagai pelaku usaha sangat beruntung, karena ini menjadi solusi buat kami. Melalui sosialisasi ini otomatis kita dapat gambaran pengelolaan sampah organik ke depannya," ucap Ryan.

Ryan mengungkapkan selama ini, pengelolaan sampah yang diterapkan di usahanya hanya sampai pada pemilahan saja. Dimana dalam seharinya, produksi sampah organik bisa mencapai 2 kilogram.

"Mengingat kami belum punya tempat untuk membuat kompos. Jadi sementara kami pilah saja sebelum dibuang," ujarnya.

Tentunya ia berharap program ini nantinya bisa terlaksana dengan baik agar sampah organik ini tidak menjadi beban pelaku usaha dalam pengelolaannya. Mengingat keterbatasan tempat dan pengetahuan dalam pengelolaan sampah.


(Hamdiah)
Lebih baru Lebih lama