Trending

Kasus Kekerasan Digital di Banjarmasin Marak Terjadi, Korban Mulai Anak hingga Orang Dewasa

Ilustrasi kekerasan di ruang digital (istimewa)

Banjarmasin - Kasus Kekerasan berbasis digital marak terjadi di Kota Banjarmasin. Seiring, berkembangnya teknologi saat ini.

Sepanjang tahun 2024 hingga 2025 saja, tercatat ada belasan korban. Mulai anak-anak maupun perempuan dewasa, yang terjerat kasus kekerasan di ruang digital.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Banjarmasin, Muhammad Ramadhan mengungkapkan kasus kekerasan di ruang digital ini sudah sangat memprihatikan dan serius.

Terlebih kasus ini, menyerang anak-anak usia dini. Di tahun 2024 lalu saja, DP3A Kota Banjarmasin mencatat korban kekerasan digital ini dialami dua orang berusia anak-anak.

Kekerasan digital yang dialami anak-anak ini, berupa ancaman menyebarluaskan foto atau video tak senonoh.

“Ada yang fotonya dalam keadaan bugil disebarluaskan teman sekolahnya, bahkan ada juga yang sering mengirim foto dan video bugil, lalu diancam akan disebarkan,” ungkap Madan sapaan akrabnya, Minggu (5/10/2025).

Tidak hanya rentan terhadap anak-anak, kasus serupa juga menimpa pada empat perempuan dewasa di tahun yang sama.

Kasusnya bermacam-macam, mulai dari video call sex yang direkam tanpa izin lalu dijadikan alat ancaman dan penipuan lewat TikTok mengatasnamakan influencer.

“Sampai pelecehan seksual melalui chat akun anonim di Telegram,” tutur Madan.

Sedangkan di tahun 2025 ini, kasus kekerasan berbasis digital ini kian melonjak naik dan terdata ada enam anak yang menjadi korban.

Lima terlibat perkelahian gara-gara status WhatsApp yang viral, dan satu anak ketahuan sering saling berkirim video porno hingga membuat orang tuanya syok.

Melihat kasus ini, pihaknya akan berupaya melakukan edukasi dan pendampingan secara serius terhadap korban agar kasus serupa semakin meluas.

Terpenting, peran orang tua untuk selalu mengawasi aktivitas digital anaknya sebagai guna mengantisipasi hingga menghindari hal-hal tidak diinginkan karena anak-anak sangat rentan dalam kasus ini.

"Jangan sampai ruang digital yang seharusnya positif justru berubah menjadi ladang kekerasan,” akhirnya.


(Hamdiah)
Lebih baru Lebih lama