Babuncu4news.com
Banjarmasin, Kalimantan Selatan – Di tengah derasnya arus modernisasi, kerajinan tikar purun khas Kalimantan Selatan tetap bertahan sebagai warisan budaya yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Para perajin di berbagai daerah, terutama di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kabupaten Barito Kuala, dan Kabupaten Banjar, masih setia menekuni pembuatan tikar purun, meskipun menghadapi berbagai tantangan.
Purun adalah sejenis tumbuhan rawa yang tumbuh subur di daerah berair seperti lahan gambut dan tepian sungai. Bagi masyarakat Banjar dan suku-suku di sekitarnya, tumbuhan ini telah lama dimanfaatkan sebagai bahan baku utama dalam pembuatan tikar tradisional. Proses pembuatannya cukup panjang dan membutuhkan ketelitian tinggi.
Proses Pembuatan Tikar Purun
Para perajin biasanya memanen purun saat musim kemarau agar batangnya tidak terlalu basah dan mudah dikeringkan. Setelah dipanen, purun dijemur di bawah sinar matahari selama beberapa hari hingga batangnya benar-benar kering dan siap dianyam. Sebelum dianyam, purun juga bisa diwarnai menggunakan pewarna alami atau sintetis untuk memberikan tampilan yang lebih menarik.
Proses menganyam tikar purun membutuhkan keterampilan tangan yang telah diwariskan secara turun-temurun. Motif dan pola anyaman biasanya bervariasi tergantung pada daerah dan kreativitas perajin. Ada tikar dengan motif sederhana berwarna alami, dan ada pula yang dihiasi dengan warna-warna cerah serta pola unik yang memperindah tampilannya.
Tantangan dan Upaya Pelestarian
Meskipun memiliki nilai budaya tinggi, para perajin tikar purun menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan usaha mereka. Salah satunya adalah menurunnya minat generasi muda untuk melanjutkan tradisi ini. Selain itu, keberadaan tikar modern berbahan plastik dan kain turut menggerus permintaan tikar purun di pasaran.
Namun, berbagai upaya telah dilakukan untuk menjaga kelestarian kerajinan ini. Pemerintah daerah bersama komunitas pengrajin aktif mengadakan pelatihan dan pameran untuk meningkatkan daya tarik serta nilai jual produk. Tidak hanya digunakan sebagai alas duduk atau tidur, tikar purun kini juga dikembangkan menjadi berbagai produk kreatif seperti tas, dompet, dan aksesoris rumah tangga.
Harapan ke Depan
Dengan meningkatnya kesadaran akan produk ramah lingkungan, tikar purun memiliki peluang besar untuk kembali populer di kalangan masyarakat. Produk berbahan alami ini tidak hanya bernilai estetika, tetapi juga lebih ramah lingkungan dibandingkan tikar berbahan sintetis.
Melalui dukungan berbagai pihak, diharapkan kerajinan tikar purun dapat terus berkembang dan menjadi produk unggulan khas Kalimantan Selatan yang mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional. Dengan begitu, tradisi ini tetap hidup dan memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.
Sumber picture : photografer hari muhammad